Dunia teknologi dan komunikasi sudah sangat canggih sekarang-sekarang ini. Sebagai eorang mahasiswa yang berpendidikan, seharusnya kita mengikiti dan berada di perkembangan teknologi tersebut. Karena, tak hanya mahasiswa, murid, pekerja kantoran pun menikmati teknologi pada sekarang ini. E-learning, e-business, mobile application adalah contoh berbagai teknogi yang sudah tak asing terdengar di telinga kita.
e-learning adalah salah satu teknologi canggih yang digunakan oleh banyak orang terutama di Indonesia. Tetapi, banyak orang yang tidak mengerti apa sebenarnya e-learning itu. Menurut saya, e-learning itu adalah sebuah teknologi yang dapat membantu manusia untuk memudahkan pekerjaannya terutama di bidang pendidikan. Tapi, apa manfaatnya bagi seorang mahasiswa yang telah menuntut ilmu. Karena, tiap teknologi memiliki banyak kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Menurut A. W. Bates (Bates, 1995) dan K. Wulf (Wulf, 1996), manfaat e-learning terdiri atas 4 hal, yaitu:
· Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity). Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi.
Mengapa? Karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari teman sekelas (Loftus, 2001).
· Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja (Dowling, 2002). Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada instruktur begitu selesai dikerjakan.
Tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan guru/instruktur. Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas Terbuka Inggris telah memanfaatkan internet sebagai metode / media penyajian materi. Sedangkan di Universitas Terbuka Indonesia (UT), penggunaan internet untuk kegiatan pembelajaran telah dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan internet di UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja atau yang disebut sebagai “tutorial elektronik� (Anggoro, 2001).
· Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience). Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.
Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri. Pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai terlebih dahulu oleh instruktur yang akan mengembangkan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri. Harus ada komitmen dari instruktur yang akan memantau perkembangan kegiatan belajar peserta didiknya dan sekaligus secara teratur memotivasi peserta didiknya.
(sumber: website universitas negeri bangka belitung)
Sedangkan manfaat untuk seorang mahasiswa sendiri sebenarnya hampir sama, yaitu:
o Belajar lebih flexible
Belajar dengan e-learning pastinya bisa dilakukan dimanapun dan kapapun. Bagi seorang mahasiswa yang sibuk, mereka tetap bisa melanjutkan aktivitasnya seperti biasa tanpa harus takut tertinggal pelajaran di kelas. Selain itu, e-learning juga dapat diakses dimana saja asalkan tersedia koneksi internet ataupun diakses lewat mobile phone. Terlebih lagi, sekarang di berbagai tempat sudah disediakan fasilitas hotspot sehingga belajar dengan e-learning dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
o Bisa belajar mandiri
Seorang mahasiswa dapat belajar sendiri apabila ia tidak mengerti tentang suatu pembahasan dari mata kuliahnya. Selain itu, para mahasiswa juga bisa belajar tntang apa yang ia lebih suka terlebih dahulu dan mungkin akan lebih mengerti dengan materi yang ia pelajari.
o Hemat biaya
Mahasiswa tidak perlu untuk membeli buku yang mahal dan tebal. Karena mungkin informasi yang didapat dari buku itu tidak seluruhnya terserap padahal kita sudah membelinya dengan harga yang tidak murah.
Kekurangan e-learning
o Belum tersosialisasi
Masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui e-learning. Mereka mungkin pernah mendengarnya, tapi sama sekali tak tahu apapun tentang e-learning sehingga penggunaannya pada mahasiswa menjadi kurang efektif.
o Tidak terbiasa
Banyaknya mahasiswa yang sudah biasa belajar dengan cara tradisional mengakibatkan mereka menjadi tidak percaya dengan teknologi baru yang sudah ada. Sehingga, mereka malas menggunakan e-learning